wanita yang shalehah

Rabu, 16 Mei 2012

Akhwat-akhwat kepunyaan Allah

Dikisahkan bahwa ada seorang remaja putri bertanya pada ibunya: “Ibu, ceritakan padaku tentang akhwat sejati…”

Sang ibu tersenyum sambil tengadah, dan menjawab…


Akhwat sejati bukanlah dilihat dari wajahnya yang manis dan menawan, tetapi dari kasih sayangnya pada karib kerabat dan orang disekitarnya.Pantang baginya mengumbar aurat, dan memamerkannya kepada siapapun, kecuali pada pasangan hidupnya. Dia yang senantiasa menguatkan iltizam dan azzam-nya dalam ber-ghadul bashar dan menjaga kemuliaan diri, keluarga, serta agamanya.


Akhwat sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lembut dan mempesona, tetapi dari lembut dan tegasnya tutur dalam mengatakan kebenaran.
Dia yang senantiasa menjaga lisan dari segala bentuk ghibah dan namimah. Pantang baginya membuka aib saudara-saudaranya.
Dia yang memahami dan merasakan betul jika Allah SWT senantiasa mengawasi segala tindak-tanduknya.


Akhwat sejati bukanlah dilihat dari liuk gemulainya kala berjalan, tetapi dari sikap bijaknya memahami keadaan dan persoalan-persoalan.
Dia yang senantiasa bersikap tulus dalam membina persahabatan dengan siapapun, dimana dirinya berada. Tak ada perbendaharan kata “cemburu buta” dalam kamus kehidupannya.


Dia yang senantiasa merasa cukup atas nafkah yang diberikan sang suami kepadanya.
Tak pernah menuntut apa-apa yang tidak ada kemampuan pada sang qowwam ditengah keluarga. Sabar adalah aura yang terpancar dari wajahnya.


Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia menghormati dan menyayangi orang-orang ditempat kerja, tetapi, dari tatacaranya menghormati dan menyayangi orang-orang di rumah dan sekitarnya.
Dia yang jika dilihat menyejukkan mata dan meredupkan api amarah.
Baitii Jannatii selalu berusaha ia ciptakan dalam alur kehidupan rumah tangga.
Totalitas dalam menyokong dakwah suami dan berdarma bakti mengurus generasi penerus yang berjiwa rabbani.


Akhwat sejati bukanlah dilihat dari banyaknya ikhwan yang memuji dan menaruh hati padanya, tetapi dilihat dari kesungguhannya dalam berbakti dan mencintai Allah, Rasulullah, dan pecintanya.
Pantang baginya mengikuti arus mode yang melenakan dan menyilaukan mata.
Dia yang selalu menghindari sesuatu yang syubhat terlebih hal-hal yang di haramkan-Nya.


Akhwat sejati bukanlah dilihat dari pandainya dia merayu dan banyaknya air mata yang menitik tetapi dari tabahnya dia menghadapi lika-liku kehidupan.
Dia yang pandai mengatur, membina dan menjaga keharmonisan rumah tangga.
Pancaran kasih sayang melesat tajam dari tiap nada bicara yang keluar dari bibirnya.
Dia yang memiliki perasaan yang tajam untuk selalu berbuat ihsan kala ditempat umum maupun kala sendiri.


Akhwat sejati bukanlah dilihat dari tingginya gelar dan luasnya wawasan tetapi tingginya ghirah untuk
menuntut ilmu dan mengamalkan syariat secara murni dan berkesinambungan…


Setelah itu, ia bertanya kembali

“Adakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, ibu?”


Sang ibu menjawab: “Adakah kau meragukan kesalehan para ummahatul mukminin?
Contohlah para istri dan puteri Rasulullah saw, bagaimana mereka bertindak tanduk, bagaimana mereka menyokong pasangan hidup mereka dalam menghadapi badai kehidupan, bagaimana mereka berdakwah, bagaimana mereka membentuk dan membina angkatan generasi rabbani…


Tauladanilah mereka…
Khadijah, Aisyah, Hafsah, Maimunah, Shafiyah, Fatimah Az-Zahra, dan para shahabiyah radiyallohu’anha ajma’in. Merekalah sebaik-baik perhiasan dunia itu. Ingatkah kau sabda Rasulullah saw:
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)


Dan juga firman-Nya yang mulia:
“…Dan oleh sebab itu, wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara (dirinya dan harta suami) ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah (menyuruh) memeliharanya…” (QS. An-Nisaa’: 34)


Pelajarilah ini. Sambil memberinya sebuah buku, Sirah Shahabiyah. Pelajari dan amalkan. Tempalah dirimu supaya menjadi seperti mereka. Niscaya engkau akan menjadi akhwat sejati. Muslimah yang membuat iri dan cemburu para bidadari. Niscaya menjadi dambaan bagi mereka insan berjiwa rabbani. Menjadi dambaan mereka para hamba Allah yang tidak tertipu oleh gemerlapnya dunia yang semu.


Niscaya menjadi dambaan bagi mereka pemilik ruh dakwah dan jihadiyah.
Jika tidak demikian, tidak ada yang bisa menjaminmu untuk masuk kedalam surga-Nya.


Adakah surga dan kemuliaan itu dapat dibeli dengan banyaknya senda gurau dan gelak tawa? Sekali-kali tidak wahai anakku! Surga hanya dapat kau beli dengan kesungguh-sungguhan dalam beramal dan keikhlasan yang sangat untuk semata mengharap ridha Allah ta’ala.


Takutlah engkau pada suatu hal yang telah diramalkan Rasulullah saw dalam sabdanya:
Aku diperlihatkan neraka ternyata kebanyakan penghuninya wanita yang kufur.
Para sahabat bertanya: ‘Apakah dia kufur kepada Allah?’ Rasulullah menjawab: ‘Tidak’. Mereka hanya kufur kepada suaminya, mereka mengingkari kebaikannya. Jika ia berbuat baik terhadap salah seorang diantara mereka, mereka menyanjungnya. Kemudian apabila terhadap sedikit saja kejelekan, ia berkata: ‘Aku belum pernah melihatmu berbuat baik terhadapku. (HR. Bukhari)


Jagalah dirimu supaya tidak termasuk dalam golongan mereka. Hati-hatilah terhadap perbuatan kufur yang tidak engkau sadari.
“Camkanlah itu wahai anakku!” kata sang ibu.


Kepalanya menunduk. Tangannya mengusap ujung matanya dengan sepotong sapu tangan warna biru. Warnanya telah kabur. Sekabur pandangan matanya. Sang anakpun segera mendekap ibunya. Beberapa tetes embun bening, mengucur dari ujung matanya.
By: Priyanka A.A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar