wanita yang shalehah

Rabu, 22 Agustus 2012

solusi untuk bibir hitam

Walaupun bibir hitam identik dengan perokok, itu bukan satu-satunya alasan penyebab bibir hitam. Penyebab lainnya adalah konsumsi teh atau kopi berlebihan, penggunaan lipstik yang ternyata tidak cocok di bibir, terpapar matahari terlalu sering, dan terlalu sering menjilat bibir. 

Untuk mengatasi bibir hitam, beberapa hal berikut bisa dicoba:

1. Exfoliate:
 lakukanlah pengelupasan setiap hari untuk mengangkat sel kulit mati di bibir yang menyebabkan kekeringan pada bibir dan membuat bibir terlihat lebih kusam. Cukup gosokkan sikat gigi ke bibir secara perlahan setelah menyikat gigi pada malam hari untuk melakukan eksfoliasi reguler. Atau, campuran olive oil dan sugar pasir bisa dijadikan alternatif untuk melakukan eksfoliasi bibir. Cukup gosokkan perlahan campuran tersebut dengan menggunakan lap tangan dengan gerakkan memutar dan basuh setelahny. Gunakan dua kali seminggu.

2. Protect:
 karena salah satu penyebab bibir hitam adalah paparan sinar matahari, jangan lupa untuk menggunakan lip balm yang mengundang SPF.

3. Moisturize: penting untuk selalu menjaga kelembaban bibir supaya bibir tidak pecah-pecah dan menjadi kering lalu kemudian menghitam. Gunakan pelembab bibir apapun yang nyaman untuk bibir Anda. Sebelum mengaplikasikan lipstik, jangan lupa untuk selalu mengaplikasikan pelembab bibir. Madu juga dapat menjaga kelembaban  bibir kita dan juga membuatnya lembut. Gunakanlah di malam hari, karena madu terasa agak lengket di bibir apabila digunakan pada siang hari.

4. Treat: untuk membantu menyamarkan hitam di bibir, coba campurkan air jeruk nipis, madu, dan gliserin dan gunakanlah secara rutin setiap hari selama beberapa minggu. Alternatif lain adalah menggunakan air perasan lemon yang diketahui juga memiliki kemampuan untuk menyamarkan noda di kulit. Untuk membuat lemon juice paste, campur air perasan lemon, tepung, yoghurt dan madu (masing-masing dengan takaran yang sama) dan gunakanlah sebagai masker di bibir Anda selama 30 menit dan kemudian bilas bersih. 

Selamat mencoba dan semoga berhasil membuat bibir tidak hitam lagi.


www.fashionesedaily.com

Rabu, 15 Agustus 2012

percakapan antar agama

A= Orang Kristen
B= Orang muslim
C= Orang Hindu
D= Orang Muslim Ahlus Sunnah

A : "Kenapa kalian selalu ngikutin kami?"
B : "Ngikutin apa? Kami tidak merasa ngikutin kalian?"
A : "Gak merasa? Coba diperhatikan, kami merayakan Hari Ulang Tahun Yesus (atau Maulidnya Nabi Isa), lalu kalian ikut2an merayakan Maulid Nabi Muhammad?! Kami juga merayakan hari kenaikanIsa... al Masih (diangkatnya Nabi Isa ke langit), kalian ikut2an merayakan hari Isra Mi'raj (naiknya Nabi Muhammad ke langit)?! Kami merayakan Tahun Baru Masehi milik kami, kalian juga merayakan tahun baru hijriyah milik kalian?! Kami beribadah dengan bernyanyi dan bermain alat musik, kalian juga sekarang mulai beribadah dengan bernyanyi-nyanyi membaca shalawat/ dzikir dengan alunan musik?!
C : "Iya nih...! Kalian (orang muslim) juga banyak yang ngikutin perayaan acara kami..."
B : "Lho...lho...apalagi ini? Siapa yang ngikutin?"
C : "Lihat saja, acara nujuh bulanan bagi wanita yang hamil itu kan asalnya dari kami orang Hindu. Begitu juga Tahlilan atau Selamatan Kematian selama 7 hari, 40, 100 s/d 1000 hari itu semua adalah acara kami, lalu kalian mengikutinya. Kalo gak percaya, sini ikut saya, saya kasih buktinya!"
B : "Enak saja ngaku2! Yang ngikutin itu kalian semua, orang Kristen dan orang Hindu pada ngikutin kami semua..!!"
A : "Eh...Kalo bicara pake otak! Emang duluan siapa agamanya? Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad baru ada sekitar 1400 tahun yang lalu. sedangkan agama kami Nasrani sudah ada sekitar 2000an tahun yang lalu. Gak masuk akal kalo kami yang ngikutin kalian!"
C : "Hehehe...apalagi agama saya. Agama kami lebih dulu dari agama kalian. Agama kami sudah ada sejak 2500 tahun sebelum masehi, jadi sudah ada sekitar 4500 tahun yang lalu. Sedangkan di Indonesia, agama kami lah yang paling tua dan pertama. Gak masuk akal kalo kami yang malah mengikuti agama kalian, apalagi yang namanya Islam kejawen, mirip abis dengan kami...hehehe."
A : "Betul...betul...betul...Belum

 lagi kalian umat islam banyak yang berpartisipasi merayakan hari perayaan agama kami, seperti Tahun Baru Masehi, Hari Valentine, Hari Ulang Tahun, Hari Hallowen, Hari April Mop, hari Ibu, dll."
B : (garuk2 kepala)...
D : "Ambil semua acara2 kalian, kami tidak butuh acara2 seperti itu. Karena kami sudah punya acara sendiri yang tidak mengikuti agama2 kalian. Dan acara2 seperti itu tidak pernah dilakukan oleh orang Muslim yang berada diatas Sunnah seperti kami ini, insya Allah. Dalam golongan kami (yaitu Ahlus Sunnah), tidak ada perayaan Maulid Nabi, perayaan Isra Mi'raj, perayaan Tahun Baru Hijriyah, perayaan nujuh bulan, Selamatan Kematian (Tahlilan), dll."
A & C : "Lho...kalian B dan D khan sama2 muslim, koq saling berbeda? Yang B merayakan acara2 itu sedangkan yang D tidak merayakan? Aneh sekali, satu agama tapi beda2."
D : "Kenapa kalian heran dengan kami? Bukankah kalian sendiri juga memiliki banyak perbedaan dan perpecahan? Agama Nasrani memiliki banyak sekte, seperti Protestan, Katholik, Advent, dll. Bahkan dalam agama kami disebutkan bahwa kaum Nasrani terpecah belah menjadi 72 golongan. Begitu juga dengan agama Hindu yang memiliki banyak sekte dan juga warna (kasta). Tidakkah kalian tahu tentang itu? Sedangkan agama Islam terpecah belah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali 1 yaitu Al Jamaah (Ahlus Sunnah wal Jamaah). Jadi, menurut pemahaman kami sebagai Ahlus Sunnah, kami tidak boleh tasyabbuh (mengikuti) orang2 kafir dalam ciri khas mereka, seperti acara2 yang kalian sebutkan tadi. Maka itu golongan kami tidak pernah melakukan dan mengadakan acara2 seperti itu. Jika ada sebagian dari kaum muslimin yang melakukan atau mengadakan acara2 itu, maka itu adalah oknum atau karena ketidaktahuannya akan hal itu."
A & C : "Kami juga tahu itu semua. Hanya saja tadi kami ingin mengetest si B, apakah dia punya alasan tentang itu? Rupanya dia tidak punya alasan dan gak tau apa2 tentang agamanya. Bisanya cuma ikut2an saja."
B : "Hmmmm...berarti saya ini oknum ya? kalo begitu saya tidak mau jadi oknum lagi ah...saya mau ngikutin si D aja, biar gak jadi oknum!!!"
D : "Hmmm juga...kamu masih jadi oknum akhi, karena kamu masih ikut2an, yaitu ngikutin saya."
B : "Berarti saya harus ngikutin siapa donk?"
D : "Biar kamu gak jadi oknum, kamu harus ngikutin Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam beserta para sahabat2nya. Insya Allah kamu akan menjadi seorang Ahlus Sunnah sejati."

Senin, 06 Agustus 2012

Kisah Dajjal ketika Terbelenggu di Sebuah Pulau pada masa Rasulullah SAW


Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Amir bin Syurahil Asy-Sya’bi suku Hamdan, bahwa ia pernah bertanya kepada Fatimah binti Qais, saudara wanita Adh-Dhahhak bin Qais, salah seorang muhajirah (peserta hijrah wanita) angkatan pertama. Amir berkata kepada Fatimah, “Sampaikanlah kepadaku sebuah hadits yang engkau dengar dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam secara langsung tanpa melalui orang lain.” Fatimah menjawab, “Jika engkau menginginkan akan saya lakukan.” Amir berkata, “Benar, ceritakanlah kepadaku.” Fatimah berkata, “Dahulu saya kawin dengan Ibnul Mughirah, salah seorang pemuda Quraisy yang baik pada waktu itu, lalu ia gugur dalam jihad pertama bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.Ketika saya menjanda, saya dilamar oleh Abdur Rahman bin Auf, salah seorang kelompok sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam meminangku untuk mantan budaknya yang bernama Usamah bin Zaid, sedangkan saya pernah mendapatkan berita bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Barangsiapa yang mencintai aku hendaklah ia mencintai Usamah.”
Maka ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan pinangannya kepada saya, saya berkata, “Urusanku berada di tanganmu, karena itu nikahkanlah saya dengan siapa saja yang engkau kehendaki.” Lalu beliau bersabda, “Pindahlah ke rumah Ummu Syarik.” Dan Ummu Syarik ini adalah seorang wanita yang kaya dari kalangan Anshar yang suka melakukan infaq di jalan Allah dan biasa dikunjungi tamu-tamu. Lalu saya berkata, “Akan saya laksanakan.” Kemudian beliau bersabda, “Jangan kau lakukan, sesungguhnya Ummu Syarik itu seorang wanita yang sering didatangi tamu-tamu, dan aku tidak suka kerudung (jilbab)mu terlepas atau pakaianmu terbuka dan tampak betismu, lalu dilihat oleh kaum itu apa yang tidak engkau sukai. Tetapi berpindahlah ke rumah putra pamanmu yaitu Abdullah bin Amr Ibnu Ummi Maktum” (seorang lelaki dari Banih Fihr, Yaitu Fihr Quraisy, yang dari kalangan merekalah Abdullah dan Fatimah ini dilahirkan). Lalu saya – kata Fatimah melanjutkan – pindah ke sana.
Ketika masa ‘iddah ku telah habis, saya mendengar tukang seru Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menyerukan Ash-Shalaatu Jaami’ah (Shalatlah dengan berjama’ah). Lalu saya pergi ke Masjid dan shalat bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan saya berada di shaf wanita yang ada di belakang shaf laki-laki. Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam usai melakukan shalat, beliau duduk di atas mimbar sambil tersenyum seraya berkata, “Hendaklah tiap orang-orang tetap berada di tempat shalatnya.” Kemudian beliau melanjutkan, “Tahukah kamu, mengapa saya kumpulkan kamu?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengerti.” Beliau bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku tidak mengumpulkan kalian karena senang atau benci. Aku kumpulkan kalian karena Tamim ad-Dari, seorang pengikut Nasrani, telah berbai’at masuk Islam dan dia bercerita kepadaku tentang suatu masalah yang sesuai dengan apa yang pernah aku sampaikan kepada kalian mengenai Masih Ad-Dajjal. Ia bercerita bahwa ia pernah naik perahu bersama tiga puluh orang yang terdiri atas orang-orang yang berpenyakit kulit dan lepra. Lalu mereka dihempas ombak selama sebulan di laut, kemudian mereka mencari perlindungan ke sebuah pulau di tengah lautan hingga sampai di daerah terbenamnya matahari. Lantas mereka menggunakan sampan kecil dan memasuki pulau tersebut. Di sana mereka berjumpa seekor binatang yang bulunya sangat lebat hingga tidak kelihatan mana qubulnya dan mana duburnya, karena lebat bulunya. Mereka berkata pada binatang tersebut, “Astaga kamu! Siapakah kamu?” Binatang itu menjawab,” Aku adalah Al-Jassasah.” Mereka bertanya, “Apakah Al-Jassasah itu?” Dia menjawab, “Wahai kaum pergilah kepada orang yang berada di dalam biara ini, karena ia sangat merindukan berita kalian.” Kata Tamim, “Ketika binatang itu menyebut seseorang kami menjauhinya, karena kami takut binatang itu adalah setan. Lalu kami berangkat cepat-cepat hingga kami memasuki biara tersebut, tiba-tiba di sana ada seorang laki-laki yang sangat besar tubuhnya dan tegap tubuhnya, kedua tangannya dibelenggu ke kuduknya, antara kedua lututnya dan mata kakinya dirantai dengan besi. Kami bertanya, “Siapakah engkau ini?” Dia menjawab, “Kalian dapat menguak beritaku, karena itu beritahukanlah kepadaku siapakah sebenarnya kalian ini?” Mereka mnejawab, kami adalah orang-orang dari Arab. Kami naik perahu dan kami terkatung-katung di laut dipermainkan ombak selama satu bulan, kemudian kami mencari tempat berlindung ke pulaumu ini, dengan menaiki sampan kecil yang ada di sini lantas kami masuk pulau ini, dan kami bertemu seekor binatang yang bulunya sangat lebat hingga tidak kelihatan mana qabulnya dan mana duburnya karena lebat bulunya. Lalu kami bertanya, “Astaga kamu! Siapakah kamu?” Binatang itu menjawab,” Aku adalah Al-Jassasah.” Mereka bertanya, “Apakah Al-Jassasah itu?” Dia menjawab, “Wahai kaum pergilah kepada orang yang berada di dalam biara ini, karena ia sangat merindukan berita kalian.” Lalu kami bergegas menemui dan meninggalkan dia, dan kami merasa tidak aman karena jangan-jangan dia itu setan.”
Dia (lelaki itu) berkata, “Tolong kabarkan kepada kami tentang desa Nakh Baisan.” Kami bertanya, “Tentang apanya?” Ia berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya pohon-pohon kurmanya akan tidak berbuah lagi.” Dan dia bertanya lagi, “Tolong beritahukan kepadaku tentang danau Ath-Thabariah.” Kami bertanya, “Tentang apanya?” Dia bertanya, “Apakah ada airnya.” Kami menjawab, “Airnya banyak sekali.” Dia berkata, “Ketahuilah airnya akan habis.” Selanjutnya dia berkata lagi, “Kabarkan kepadaku tentang negeri ‘Ain Sughar.” Kami bertanya, “Tentang apanya?” Dia menjawab, “Apakah sumber airnya masih mengeluarkan air yang dapat digunakan penduduknya untuk menyiram tanaman.” Kami menjawab, “Airnya banyak sekali dan penduduknya menggunakannya untuk menyiram tanaman mereka.” Dia berkata lagi, “Tolong beritahukan kepadaku tentang Nabi orang Ummi (buta huruf, yaitu Rasulullah Muhammad SAW – pen.), apakah yang dilakukannya?” Kami menjawab, “Beliau telah berhijrah meninggalkan Mekkah ke Yastrib.” Dia bertanya, “Apakah orang-orang Arab memeranginya?” Kami menjawab, “Ya.” Dia bertanya lagi, “Apakah yang dilakukannya terhadap mereka?” Lalu kami beritahukan bahwa beliau menolong orang-orang Arab yang mengikuti beliau dan mereka mematuhi beliau. Dia bertanya, “Apakah benar demikian?” Kami menjawab, “Benar.” Dia berkata, “Ketahuilah bahwasanya lebih baik bagi mereka untuk mematuhinya. Dan perlu saya beritahukan kepada kalian bahwa saya adalah Al-Masih (Ad-Dajjal). Dan saya akan diizinkan keluar, yang nantinya saya akan berkelana di muka bumi, maka tidak ada satupun desa melainkan saya singgahi selama empat puluh malam kecuali Mekkah dan Thaibah (Madinah), karena kedua kota ini diharamkan atas saya. Setiap saya hendak memasuki salah satunya, saya dihadang oleh seorang Malaikat yang menghunus pedang, dan tiap-tiap lorongnya ada Malaikat yang menjaganya.”
Fatimah berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda sembari mencocokkan (menusukkan) tongkat kecilnya di mimbar, ‘Inilah Thaibah, inilah Thaibah, inilah Thaibah, yakni Madinah.’” Ingatlah, bukanlah aku telah memberitahukan kepadamu tentang itu?” Orang-orang menjawab, “Ya.” Selanjutnya beliau bersabda, “Saya heran terhadap cerita Tamim yang sesuai dengan yang apa saya ceritakan kepada kalian, juga tentang kota Madinah dan Makkah. Ketahuilah bahwa dia ada di laut Syam atau di Laut Yaman. Oh tidak, tetapai ia akan datang dari arah timur, arah timur, arah timur.” Dan beliau berisyarat dengan tangan beliau menunjuk ke arah timur. Fatimah berkata, “Maka saya hafal ini dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.”
Ibnu Hajar berkata, “Sebagian ulama beranggapan bahwa hadist Fatimah binti Qais ini adalah sebagai Hadits Gharib yang hanya diriwayatkan oleh perseorangan, padahal sebenarnya tidak demikian. Hadist ini disamping diriwayatkan dari Fatimah binti Qais juga diriwayatkan dari Abu Hurairah, Aisyah dan Jabir (Fathul Bahri 13: 328).
Fitnah dan Petaka Akhir Zaman, Abu Fathiah Al-Adnani, Cetakan 1, Hal 220-224
———————————————
Karena tulisan ini adalah tulisan dengan statistik paling banyak dikunjungi, mungkin karena judulnya ada tulisan Kisah Dajjal, sehingga dengan keyword dari Google yaitu Kisah Dajjal, akan merujuk ke tulisan ini.
Oleh karena itu, pada tulisan ini akan saya tambahkan informasi lain mengenai Dajjal.
——————————————–
Dari Nawwas bi Sam’an disebutkan: Di suatu pagi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang Dajjal dengan suara pelan, lalu suaranya meninggi seolah-olah Dajjal telah berada di salah satu kebun kurma (di kota Madinah). Kami beranjak dari majelis Beliau, kemudian kami datang lagi. Sepertinya Beliau tahu, lalu berkata, “Ada apa?”
Kami menjawab, “Wahai Rasulullah, tadi pagi engkau menceritakan tentang Dajjal dengan suara pelan lalu meninggikan suara, sehingga kami mengira Dajjal telah muncul di salah satu kebun kurma”. Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ada selain Dajjal yang lebih aku khawatirkan. Jika Dajjal keluar sekarang, aku yang akan menghadapinya, namun jika ia keluar setelah aku tiada, masing-masing kalian menghadapinya. Allah subhana wa ta’ala menjadikan penggantiku pada seorang setiap muslim. Dajjal seorang pemuda berambut keriting, matanya sebelah kanan celek, aku menyerupakannya dengan Abdul Uzza bin Qathan (lelaki Quraisy yang hidup di zaman Jahiliyah). Maka barang siapa yang menemuinya bacalah surat Al-Kahfi. Ia keluar dari sebuah jalan antara Syam dan Iraq, lalu ia berbuat binasa kesana kemari. Hai hamba Allah, tetaplah dalam dien (agama) kalian!”
Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, berapa lama ia di bumi? Rasul shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Empat puluh hari. Satu harinya seperti setahun, satu harinya seperti sebulan, satu harinya seperti seminggu, sisa harinya seperti hari-hari biasa.” Kami bertanya lagi , “Wahai Rasulullah, satu hari seperti setahun itu, apakah cukup shalat sehari saja?” Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab lagi, ” Tidak, tapi perkirakanlah saja selama setahun. ” Kami bertanya, “Bagaimana kecepatan jalannya?” Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seperti awan ditiup angin. Dajjal mendatangi suatu kaum lalu menyeru mereka, kemudian mereka beriman kepadanya dan mematuhinya. Ia perintahkan langit, lalu turunlah hujan. Ia perintahkan bumi, keluarlah tumbuh-tumbuhan. Punuk unta dan kantung susu hewan ternak penuh berisi. Kemudian ia mendatangi suatu kaum lalu menyeru mereka agar beriman kepadanya, tetapi mereka menolak seruannya. Kemudian ia meninggalkan daerah tersebut, lalu mereka ditimpa kekeringan sampai mereka tidak mempunyai sedikitpun harta. Setelah itu ia melewati gedung yang runtuh dan berkata, ‘Keluarlah harta karunmu!’ , maka harta berterbangan mengikutinya seperti lebah. Kemudian ia memanggil seorang pemuda dan menebasnya dengan pedang hingga badannya terbelah dua. Kemudian ia panggil lagi, si pemuda yang sudah terbelah itu bangkit sambil mentertawakan Dajjal. Di saat itulah muncul Nabi Isa ‘alaihisalam, lalu mengejar Dajjal dan mendapatinya di pintu gerbang kota Lud (di Palestina) yang kemudian ia membunuh Dajjal. ” (HR Muslim)
Hadist Lengkapnya:
Telah menceritakan kepada kami [Abu Khaitsamah Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Al Walid bin Muslim] telah menceritakan kepadaku [Abdurrahman bin Yazid bin Jabir] telah menceritakan kepadaku [Yahya bin Jabir Ath Tho`i] hakim Himsh, telah menceritakan kepadaku [Aburrahman bin Jubair] dari [ayahnya, Jubair bin Nufair Al Hadlrami] ia mendengar [An Nawwas bin Sam'an Al Kilabi]. Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Mihran Ar Razi], teks miliknya, telah menceritakan kepada kami [Al Walid bin Muslim] telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Yazid bin Jabir] dari [Yahya bin Jabir Ath Tha`i] dari [Abdurrahman bin Jubair bin Nufair] dari [ayahnya, Jubair bin Nufair] dari [An Nawwas bin Sam'an] berkata: Pada suatu pagi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menyebut Dajjal, beliau melirihkan suara dan mengeraskannya hingga kami mengiranya berada disekelompok pohon kurma. Kami pergi meninggalkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam lalu kami kembali lagi, beliau mengetahui hal itu pada kami lalu beliau bertanya: “Kenapa kalian?” kami menjawab: wahai Rasulullah, Tuan menyebut Dajjal pada suatu pagi, Tuan melirihkan dan mengeraskan suara hingga kami mengiranya ada disekelompok pohon kurma, beliau bersabda: “Selain Dajjal yang lebih aku khawatirkan pada kalian, bila ia muncul dan aku berada ditengah-tengah kalian, aku akan mengalahkannya, bukan kalian dan bila ia muncul dan aku sudah tidak ada ditengah-tengah kalian, maka setiap orang adalah pembela dirinya sendiri dan Allah adalah penggantiku atas setiap muslim, ia adalah pemuda ikal, matanya menonjol, mirip ‘Abdu Al ‘Uzza bin Qathan. Siapa pun diantara kalian yang melihatnya hendaklah membaca permulaan surat Al Kahfi, ia muncul diantara Syam dan ‘Irak lalu banyak membuat kerusakan dikanan dan dikiri, wahai hamba-hamba Allah, teguhlah kalian.” Kami bertanya: Berapa lama ia tinggal di bumi? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menjawab: “Empat puluh hari, satu hari seperti setahun, satu hari seperti sebulan, satu hari seperti satu pekan dan hari-hari lainnya seperti hari-hari kalian.” Kami bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana menurut Tuan tentang satu hari yang seperti satu tahun, cukupkah bagi kami shalat sehari? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Tidak, tapi perkirakanlah ukurannya.” Kami bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana kecepatannya di bumi? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menjawab: Seperti hujan yang diakhiri angin. Ia mendatangi kaum dan menyeru mereka, mereka menerimanya, ia memerintahkan langit agar menurunkan hujan, langit lalu menurunkan hujan, ia memerintahkan bumi agar mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, bumi lalu mengeluarkan tumbuh-tumbuhan lalu binatang ternak mereka pergi dengan punuk yang panjang, lambung yang lebar dan kantong susu yang berisi lalu kehancuran datang lalu ia berkata padanya: ‘Keluarkan harta simpananmu.’ Lalu harta simpanannya mengikutinya seperti lebah-lebah jantan. Kemudian ia memanggil seorang pemuda belia, ia menebasnya dengan pedang lalu memutusnya menjadi dua bagian lalu memanggilnya, ia datang memanggut-manggutkan wajahnya seraya tertawa, saat ia seperti itu, tiba-tiba ‘Isa putra Maryam turun di sebelah timur Damaskus di menara putih dengan mengenakan dua baju berwantek za’faran seraya meletakkan kedua tangannya diatas sayap dua malaikat, bila ia menundukkan kepala, air menetas dan bila ia mengangkat kepala keringat bercucuran seperti mutiara, tidaklah orang kafir mencium bau dirinya kecuali mati dan bau nafasnya sejauh matanya memandang. Isa mencari Dajjal hingga menemuinya di pintu Ludd lalu membunuhnya. Setelah itu Isa putra Maryam mendatangi suatu kaum yang dijaga oleh Allah dari Dajjal. Ia mengusap wajah-wajah mereka dan menceritakan tingkatan-tingkatan mereka disurga. Saat mereka seperti itu, Allah mewahyukan padanya: ‘Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hambaKu, tidak ada yang bisa memerangi mereka, karena itu giringlah hamba-hambaKu ke Thur. Allah mengirim Ya’juj dan Ma’juj, ‘Dari segala penjuru mereka datang dengan cepat.’ (Al Anbiyaa`: 96) Lalu yang terdepan melintasi danau Thabari dan minum kemudian yang belakang melintasi, mereka berkata: ‘Tadi disini ada airnya.’ nabi Allah Isa dan para sahabatnya dikepung hingga kepala kerbau milik salah seorang dari mereka lebih baik dari seratus dinar milik salah seorang dari kalian saat ini, lalu nabi Allah Isa dan para sahabatnya menginginkan Allah mengirimkan cacing di leher mereka lalu mereka mati seperti matinya satu jiwa, lalu ‘Isa dan para sahabatnya datang, tidak ada satu sejengkal tempat pun melainkan telah dipenuhi oleh bangkai dan bau busuk darah mereka. Lalu Isa dan para sahabatnya berdoa kepada Allah lalu Allah mengirim burung seperti leher unta. Burung itu membawa mereka dan melemparkan mereka seperti yang dikehendaki Allah, lalu Allah mengirim hujan kepada mereka, tidak ada rumah dari bulu atau rumah dari tanah yang menghalangi turunnya hujan, hujan itu membasahi bumi hingga dan meninggalkan genangan dimana-mana. Allah memberkahi kesuburannya hingga hingga sekelompok manusia cukup dengan unta perahan, satu kabilah cukup dengan sapi perahan dan beberapa kerabat mencukupkan diri dengan kambing perahan. Saat mereka seperti itu, tiba-tiba Allah mengirim angin sepoi-sepoi lalu mencabut nyawa setiap orang mu`min dan muslim dibawah ketiak mereka, dan orang-orang yang tersisa adalah manusia-manusia buruk, mereka melakukan hubungan badan secara tenang-terangan seperti keledai kawin. Maka atas mereka itulah kiamat terjadi.” Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Hujr As Sa'di] telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Aburrahman bin Yazid bin Jabir] dan [Al Walid bin Muslim], berkata Ibnu Hujr: Hadits salah satunya membaur pada hadits yang lain. Dari [Abdurrahman bin Yazid bin Jabir] dengan sanad ini seperti yang telah kami sebutkan, tapi ia menambahkan setelah sabda beliau: “Tadi disini ada airnya, ” “Mereka berjalan hingga sampai gunung khamar, gunung Baitul Maqdis, mereka berkata: ‘Kita telah membunuh orang-orang yang ada di bumi, ayo kita bunuh yang ada di langit.’ Mereka pun melesakkan panah mereka ke langit lalu Allah membalikkan panah mereka bermerah darah.” Disebutkan dalam riwayat Ibnu Hujr: “Sesungguhnya Aku telah menurunkan hamba-hambaKu, tidak ada seorang pun yang bisa memerangi mereka.”[HR. Sahih Muslim: 5228, Kitab Fitan, Bab Dizkrud Dajjal]
Dalam ‘Armagedon, Peperangan Akhir Zaman” Wisnu Sasongko mengkompromikan antara hadist tentang masa Dajjal yang satu hari pertamanya bagai satu tahun dengan mengkaitkan peristiwa Ad-Dukhan (asap) yang akan muncul. Peristiwa Dukkhan yang akan muncul di akhir zaman disebabkan oleh tabrakan meteor menghantam bumi sehingga menimbulkan asap yang mengenai semua manusia. Peristiwa asap (kabut) itulah yang menyebabkan matahari tertutup sehingga terhalang sinarnya di bumi, dan ini terus berlangsung selama satu tahun. Oleh karena itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tetap memerintahkan agar manusia mengerjakan shalat berdasarkan hitungan waktu (jarak) bukan dengan bilangan satu hari tersebut. Wallahu a’lam bish showab.
Namun Pendapat tersebut perlu dipertimbangkan sebab ada riwayat yang menjelaskan bahwa Dajjal mampu menahan perputaran matahari. Hal itu sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat Imam Al-Hakim dan Nu’aim bin Hammad dalam Al-Fitan.
Ciri-ciri Fisik Dajjal dan Sifatnya
Dajjal adalah laki-laki keturunan Adam. Ia seorang pemuda Yahudi berkulit merah, bertumbuh pendek (diriwayat lain disebutkan besar dan tinggi), berambut keriting, dahinya lebar, pundaknya bidang, matanya sebelah kanan buta, dan matanya ini tidak menonjol keluar dan juga tidak tenggelam, seperti buah anggur yang masak. Pada mata sebelah kirinya terdapat daging tumbuh yang lebih tebal dari sudutnya*. Diantara kedua matanya terdapat huruf ka fa ra (kufur/kafir) yang terpisah yang dapat dibaca oleh setiap mukmin, baik yang buta huruf maupun yang pandai menulis. Ciri menonjol lainnya adalah bahwa ia mandul, tidak punya anak.
* Mata kanannya buta, seolah-olah buah anggur yang bulat. Maksudnya, hilang sinar matanya sehingga ia tidak dapat melihat dengannya. Matanya tidak menonjol dan tidak pula cekung. Inilah sifat anggur. Jika airnya hilang dan tinggal kulitnya, seolah-olah buah itu belum masak. Sedangkan, mata kirinya yang digunakan untuk melihat, bersinar kehijauan, seolah-olah bintang yang bersinar terang. Akan tetapi, matanya tajam seperti cermin bersinar hijau, atau seperti buah anggur yang paling menonjol di antara setan dan buah anggur, atau seperti dahak yang berada di dinding kapur. Di dalamnya juga terdapat kulit atau daging yang tumbuh, seolah-olah telah menyatu dengan darah. Jadi, Dajjal mempunyai dua mata yang cacat karena cacat adalah aib, dan setiap cacat pada segala sesuatu adalah aib, sedangkan ia mempunyai cacat mata yang ada di wajahnya. Mata kanannya benar-benar cacat karena buta atau tidak dapat melihat, sedangkan mata kirinya tajam (melotot) dan diatasnya terdapat selaput mata. Jadi, setiap matanya dapat dikatakan cacat yang sebenarnya. (Lihat: Mengungkap Berita Besar dalam Kitab Suci hal 112, Abdul Wahhab Abdus Salam).
1. Dari Ibnu Umar r.a, Rasulullah saw bersabda, “… maka aku pergi sambil menoleh, tiba-tiba ada laki-laki yang berkulit merah dan rabutnya berombak.” [HR. Bukhari, Muslim dan Malik].
2. Dari Hudzaifah bin Al-Yaman r.a, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Dajjal adalah orang yang cacat mata kirinya dan rambutnya keriting seperti buih karena lebatnya.” [HR. Muslim].
3. Dari Abu Umamah r.a, Rasulullah saw bersabda, “Dajjal berperawakan dan tinggi serta berambut keriting…” [HR. Ibnu Majjah].
4. Dalam Hadist Hudzaifah disebutkan, “Sesungguhnya Dajjal itu matanya terhapus dan di atasnya terdapat selaput mata yang tebal… ” [HR. Muslim].
5. Dari Abu Sa’id Al-Kudri r.a, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Dan tidaklah diutus seorang nabi yang diikuti itu, kecuali untuk memperingatkan kaumnya terhadap Dajjal. Aku telah menerangkan perkaranya bahwa ia cacat, sedang Tuhan kalian tidaklah cacat. Mata kanannya menonjol dan tidak dapat disembunyikan, seolah-olah dahak yang berada di dinding kapur, sedangkan mata kirinya seperti planet yang bulat …” [HR. Ahmad].
6. Dari Umar r.a bahwa Rasulullah saw bersabda, “Ketika saya sedang tidur, saya bermimpi melakukan thawaf di Baitullah…” Lalu beliau mengatakan bahwa beliau melihat Isa Ibnu Maryam a.s, kemudian melihat Dajjal dan menyebutkan ciri-cirinya dengan sabdanya, “Dia itu seorang laki-laki yang gemuk, berkulit merah, berambut keriting, matanya buta sebelah, dan matanya itu seperti buah anggur yang masak (tidak bersinar), ” Para sahabat berkata, “Dajjal ini lebih menyerupai Ibnu Qathn*”, seorang laki-laki dari Khuza’ah.” [Shahih Bukhari, Kitabul Fithan, Bab Dzikrid Dajjal 13:90, Shahih Muslim, Kitabul Iman, Bab Dzikril Masih Ibni Maryam 'alaihissalam wal-Masihihd-Dajjal 2:237].
* Ibnu Qathan: Namanya Abdul ‘Uzza bin Qathan bin Amr Al-Khuza’i. Adad yang mengatakan bahwa dia berasal dari kalangan Bani Musthaliq dari suku Khuza’ah. Ibunya bernama Halah binti Khuwailid. Ibnu Qathan tidak memiliki hubungan kesahabatan dengan Rasulullah saw karena dia telah meninggal pada zaman jahiliah. Adapaun tambahan riwayat yang mengatakan bahwa dia pernah bertanya kepada Nabi saw, “Apakah keserupaannya dengaku itu membahayakan bagiku?” Lalu Nabi menjawab, “Tidak, engkau muslim sedang dia kafir.” adalah tambahan yang dha’if dari riwayat Al-Mas’udi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, yang dicampur dengan hadits lain. [Ta'liq Ahmad Syakir atas Musnad Ahmad 15:30-31; Al-Istabah Fi Tamyizish-Shahabah 4:239, dan Fathul-Bari 6:488 dan 13:10].
7. Dan di antara sifat-sifatnya (ciri-cirinya) lagi ialah seperti yang disebutkan dalam hadits Fathimah binti Qais r.a mengenai kisah Al-Jasasah yang ada dalam riwayat itu Tamim Ad-Dari r.a berkata, “… Lalu kami berangkat dengan segera sehingga ketika kami sampai di biara tiba-tiba di sana ada seorang yang sangat besar dan diikat sangat erat…” [Shaih Muslim, Kitabul Fitan wa Asy-rathis Sa'ah, Bab Qishshatil Jasasah 18:81].
8. Dalam hadits Imran bin Husein r.a, ia berkata, Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, “Semenjak diciptakannya Adam hingga datangnya hari kiamat tidak ada makhluk yang lebih besar daripada Dajjal.” [Shahih Mualim 18:86-87].
9. Dajjal tidak punya keturunan, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Abi Sa’id Al-Khudri r.a dalam kisahnya bersama Ibnu Shayyad. Kata Ibnu Shayyad kepada Abu Sa’id, “Saya bertemu orang banyak dan mereka mengira saya ini Dajjal. Bukankah Anda pernah mendengar Rasulullah saw bersabda bahwa Dajjal tidak punya anak (keturunan)?” Abu Sa’id menjawab, “Betul.” Ibnu Shayyad berkata lagi, “Padahal saya punya anak… ” [Shahih Muslim, Kitabul Fitan wa Asyrathis Sa'ah, Bab Dizkri Ibnu Shayyad 18:50].
10. Dari Ibnu Umar r.a bahwa Rasulullah saw pernah menyebut-nyebut Dajjal di hadapan orang banyak, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak buta sebelah matanya. Ketahuilah, sesungguhnya Al-Masih Ad-Dajjal itu buta sebelah matanya yang kanan seakan-akan matanya itu buah anggur yang tersembul.” [Shahih Bukhari, Kitabul Fitan, Bab Dizkird Dajjal 13:90; dan Shahih Musli, Kitabul Fitan wa Asy-rathis Sa'ah, Bab Dzikrid Dajjal 18:59].
11. Ubadah bin Ash-Shamit r.a meriwayatkan bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Masih Ad-Dajjal itu seorang lelaki yang pendek dan gemuk, berambut kribo, buta sebelah matanya, dan matanya itu tidak menonjol serta tidak tenggelam. Jika ia memanipulasi kamu, maka ketahuilah bahwa Rabbmu tidak buta sebelah matanya.” [Aunul Ma'bud Syarah Sunan Abi Dawud 11:443. Hadits ini derajatnya shahih. Lihat: Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir 2:317-318, hadits nomor 245].
12. Dalam hadits Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw bersabda, “Adapun Masih kesesatan itu adalah buta sebelah matanya, lebar jidatnya, bidang dadanya bagian atas dan bengkok (kakinya).” [Musnad Imam Ahmad 75: 28-30 dengan tahqiq dan syarah Ahmad Syakir. Dia berkata, "Isnadnya shahih". Hadits ini juga dihasankan oleh Ibnu Katsir; An-Nihayah. Fil Fitan wal Malahin 1:130 dengan tahqiq Dr. Thaha Zaini].
13. Dalam hadits Hudzaifah r.a, Rasulullah saw bersabda, “Dajjal itu buta matanya sebelah kiri dan lebat rambutnya.” [Shahih Muslim, Kitabul Fitan wa Asyrathis Sa'ah, Bab Dzikrid Dajjal 18:60-61].
14. Dalam hadits Anas r.a, Rasulullah saw bersabda, “Dan di antara kedua matanya termaktub tulisan ‘kafir’. [Shahih Bukhari, Kitabul Fitan, Bab Dzikrid Dajjal 13:91; dan Shahih Muslim, Kitabul Fitan wa Asyrathus Sa'ah, Bab Dizkrud Dajjal 18:59]. Dan dalam satu riwayat disebutkan: “Kemudian beliau mengejanya – kaf fa ra – yang dapat dibaca oleh setiap muslim.” [Shahih Muslim 18:59]. Dan dalam satu riwayat lagi dari Hudzaifah, “Dapat dibaca oleh setiap orang mukmin, baik ia tahu tulis baca maupun tidak.” [Shahih Muslim 78:67].
Fitnah Dajjal dalam Menghidupkan dan Mematikan Seseorang
Hal ini tergambarkan dalam Hadist Shahih Bukhari dan Muslim. Juga ada sebuah Hadist Riwayat Ibnu Majah, akan tetap ada salah seorang perawinya didhaifkan oleh Imam Ahmad dan An-Nasa’i.
Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bukair] telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] berkata, telah mengabarkan kepada saya ['Ubaidullah bin 'Abdullah bin 'Uqbah] bahwa [Abu Sa'id Al Khudriy radliallahu 'anhu] berkata, telah menceritakan kepada kami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan pembicaraan yang panjang tentang Dajjal. Diantara yang Beliau ceritakan tentangnya adalah, Beliau berkata: “Dajjal akan datang pada suatu tanah yang tandus di Madinah (untuk memasuki Madinah) padahal dia diharamkan untuk memasuki pintu-pintu gerbang Madinah. Maka pada hari itu keluarlah seorang laki-laki yang merupakan manusia terbaik atau salah seorang dari manusia terbaik menghadangnya seraya berkata; Aku bersaksi bahwa kamu adalah Dajjal yang pernah diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka Dajjal berkata; Bagaimana sikap kalian jika aku membunuh orang ini lalu aku menghidupkannya kembali, apakah kalian masih meragukan kemampuanku?. Mereka menjawab: “Tidak”. Maka Dajjal membunuh laki-laki terbaik itu lalu menghidupkannya kembali. Laki-laki itu berkata, ketika Dajjal menghidupkannya kembali; “Demi Allah, hari aku tidak akan lebih waspada kecuali terhadap diriku sendiri. Maka Dajjal berkata; “Aku akan membunuhnya lagi”. Maka Dajjal tidak sanggup untuk menguasainya“. [HR. Shahih Bukhari: 1749, Kitab Haji].
… dari [An Nawwas bin Sam'an] berkata: … Kemudian ia memanggil seorang pemuda belia, ia menebasnya dengan pedang lalu memutusnya menjadi dua bagian lalu memanggilnya, ia datang memanggut-manggutkan wajahnya seraya tertawa, saat ia seperti itu,..”[HR. Shahih Muslim: 5228, Kitab Fitan, Bab Dizkrud Dajjal] Hadist lengkapnya ada dibagian awal tulisan ini.
Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman Al Muharibi] dari [Isma'il bin Rafi' Abu Rafi'] dari [Abu Zur'ah As Saibani] -yaitu Yahya bin Abu ‘Amru- dari ['Amru bin Abdullah] dari [Abu Umamah Al Bahili] dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkhutbah di hadapan kami, dan kebanyakan isi khutbah beliau selalu menceritakan kepada kami tentang Dajjal supaya kami berhati-hati. dan di antara isi khutbah beliau adalah: “Sungguh, semenjak Allah menciptakan anak cucu Adam, tidak ada fitnah yang lebih besar dari Dajjal, dan tidak ada satu Nabi pun yang diutus oleh Allah melainkan ia akan memperingatkan kepada umatnya mengenai fitnah Dajjal. Sedangkan Aku adalah Nabi yang paling terakhir dan kamu juga ummat yang paling terakhir, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Dajjal akan keluar di tengah-tengah kalian. Sekiranya ia keluar, sedang aku masih berada di tengah-tengah kalian, maka Aku adalah pembela setiap orang muslim. Namun jika ia keluar setelah (kematian) ku, maka tiap-tiap kalian adalah penyelamat bagi dirinya sendiri, dan Allah sebagai penggantiku dalam menyelamatkan setiap muslim. Sesungguhnya ia akan keluar dari suatu celah yang terletak antara Syam dan Irak. Lalu ia akan berbuat kerusakan di sebelah kirinya dan kanannya. Wahai hamba Allah, wahai para manusia, teguhkanlah diri kalian, karena aku akan menerangkan sifat-sifatnya yang belum pernah diterangkan oleh seorang Nabi pun sebelumku. Pertama kali ia akan mendakwakan dirinya dengan mengatakan, ‘Aku adalah seorang Nabi.’ Padahal tidak ada Nabi setelahku, kemudian ia juga akan mendakwakan dirinya dengan mengatakan, ‘Aku adalah Rabb kalian.’ Sedangkan kalian tidak akan bisa melihat Allah kecuali setelah kalian meninggal. Dan ia hanya memiliki satu mata, padahal Allah tidaklah bermata sebelah. Dan diantara kedua matanya tertulis kata ‘kafir’ yang hanya dapat dibaca oleh setiap muslim baik yang dapat menulis maupun yang tidak dapat menulis. Diantara fitnah-fitnahnya adalah, bahwa bersamanya ada surga dan neraka, namun pada hakekatnya nerakanya adalah surga dan surganya adalah neraka. Barangsiapa mendapatkan cobaan dengan nerakanya, hendaklah ia berlindung kepada Allah dan hendaklah ia membaca ayat di awal-awal surat Al Kahfi. Dan diantara fitnahnya juga adalah, ia akan berkata kepada seorang Arab, ‘Pikirkanlah olehmu, sekiranya aku dapat membangkitkan ayah dan ibumu yang telah mati, apakah kamu akan bersaksi bahwa aku adalah Rabbmu? ‘ Laki-laki arab tersebut menjawab, ‘Ya.’ Kemudian muncullah setan yang menjelma di hadapannya dalam bentuk ayah dan ibunya, maka keduanya berkata, ‘Wahai anakku, ikutilah ia, sesungguhnya dia adalah Rabbmu.’ Dan di antara firnah-fitnahnya adalah ia akan memaksa manusia lalu membunuhnya dan memotongnya dengan gergaji. Maka terbelahlah orang tersebut menjadi dua bagian. Kemudian Dajjal berkata, ‘Lihatlah oleh kalian kepada hambaku ini, sesungguhnya aku akan membangkitkannya, lalu dia akan mendakwakan bahwa Rabbnya adalah selain aku.’ Maka Allah pun membangkitkan orang yang terbelah tersebut. Lalu Dajjal berkata kepadanya, ‘Siapakah Rabbmu? ‘ ia menjawab, ‘Rabbku adalah Allah, dan kamu adalah musuh Allah. Kamu adalah Dajjal. Demi Allah, mulai hari ini, tidak ada hal yang lebih aku yakini selain dari (kedustaan) mu’.” [Abu Hasan Ath Thanafisi] berkata; telah menceritakan kepada kami [Al Muharibi] telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Al Walid Al Washafi] dari ['Athiyah] dari [Abu Sa'id] dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Laki-laki itu adalah dari ummatku yang mendapatkan derajat yang paling tinggi di surga.” Perawi berkata; Abu Sa’id berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah, kami tidak melihat laki-laki tersebut melainkan Umar bin Khattab sehingga dia menyelesaikan segala urusannya.” Al Muharibi berkata, “Kemudian kembali ke hadits riwayat Abu Rafi’, dia berkata, “Dan termasuk dari fitnahnya (Dajjal) adalah memerintahkan langit supaya menurunkan air hujan, maka turunkah hujan, dan memerintahkan bumi supaya menumbuhkan tumbuhannya, maka bumi pun menumbuhkan tumbuhannya. Termasuk dari fitnahnya adalah ia melintasi suatu negeri, namun penduduknya mendustakannya, maka tidak satu binatang ternak pun yang tersisa melainkan akan binasa. Dan diantara fitnah-fitnahnya adalah bahwa ia akan melintasi suatu negeri, kemudian penduduknya membenarkannya, maka ia memerintahkan langit untuk menurunkan hujan, maka turunkah hujan dan memerintahkan bumi supaya menumbuhkan tumbuhannya, maka tumbuhlah tumbuhannya. Sehingga binatang pada saat itu menjadi lebih besar dan lebih gemuk dibanding dengan masa-masa yang telah lalu, paling besar lambungnya dan paling banyak air susunya. Sungguh, tidak ada satu negeri pun di muka bumi ini yang tidak dimasuki dan dikuasai oleh Dajjal kecuali Makkah dan Madinah, dan dia tidak akan mampu memasukinya dari setiap celah-celah itu melainkan ia akan bertemu dengan menjaga tempat tersebut dengan pedang yang terhunus, sehingga ia akan singgah di suatu tempat yang kosong dan belum pernah diolah. Maka kota Madinah bergetar dengan tiga kali guncangan, sehingga tidak akan tersisa dalam kota tersebut seorang munafik pun baik laki-laki maupun perempuan kecuali keluar menemui Dajjal, kota Madinah pun terbebas dari orang-orang keji sebagaimana alat pompa besi menghilangkan karat pada besi, dan hari itu disebut dengan hari pembersihan.” Ummu Syuraik binti Abu Al ‘Akr berkata, “Wahai Rasulullah, dimanakah orang-orang Arab saat itu?” beliau menjawab: “Pada saat itu jumlah mereka sangatlah sedikit dan mereka berada di Baitul Maqdis sedangkan imam mereka adalah seorang laki-laki yang shalih. Ketika pemimpin mereka hendak maju ke hadapan untuk mengimami dalam shalat subuh, tiba-tiba turunlah Isa bin Maryam, maka mundurlah imam mereka ke belakang supaya Isa maju untuk mengimami shalat. Isa lalu meletakkan tangannya di antara dua bahunya (pemimpin mereka) sambil berkata, ‘Majulah kamu dan pimpinlah shalat, karena sesungguhnya ia ditegakkan untuk kamu.’ Akhirnya pemimpin mereka pun mengimami mereka shalat, dan ketika shalat telah usai, Isa berkata, ‘Bukalah pintu.’ Mereka pun membukakan pintu, ternyata di belakangnya Dajjal telah menunggu bersama dengan tujuh puluh ribu orang Yahudi, masing-masig dari mereka memiliki pedang terhunus yang terbuat dari emas dan berjubah besar berwarna hijau. Ketika ia (Isa) memandang Dajjal, Dajjal pun meleleh (hancur) sebagaimana garam yang meleleh di dalam air. Kemudian dia lari dan dihadang oleh Isa di pintu timur kota Lud, kemudian Isa membunuhnya. Maka Allah menjadikan kekalahan terhadap orang-orang Yahudi, dimana tidak ada satu makhluk pun yang diciptakan Allah yang dijadikan perlindungan oleh mereka melainkan Allah akan menjadikannya berbicara, mulai dari batu, pohon, dinding dan binatang ternak kecuali pohon Gharqad. Sebab ia termasuk dari pohonnya mereka yang tidak mau bicara. Lalu makhluk Allah yang lain angkat bicara, “Wahai hamba Allah yang Muslim, di sini ada orang Yahudi, kemarilah dan bunuhlah dia.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya hari-harinya (Dajjal hidup) ialah selama empat puluh tahun, setahun bagaikan setengah tahun, dan setahun berikutnya seperti sebulan, dan sebulan seperti sepekan dan sisa hari-hari tersebut seperti percikan api (yang cepat terbangnya), salah seorang berada di pintu Madinah di pagi hari, maka belum sampai pintu yang lain ia telah berada di sore hari.” Lalu dikatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, bagaimana kami shalat di hari-hari yang sangat pendek tersebut?” beliau menjawab: “Perkirakanlah hari-hari kalian untuk melaksanakan shalat sebagaimana kalian memperkirakan pada hari-hari yang panjang ini, kemudian tunaikanlah shalat.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda lagi: “Kemudian Isa bin Maryam akan menjadi seorang hakim yang adil dikalangan ummatku dan seorang pemimpin yang bijaksana, ia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menghapus pajak dan membiarkan sedekah, maka ia tidak akan mencari seekor kambing atau seekor unta zakat pun, kedengkian dan permusuhan dihapus, bisa (racun) dari setiap makhluk yang berbisa diangkat sehingga apabila ada seorang bayi perempuan memasukkan tangannya ke dalam mulut ular, maka ular tersebut tidak akan membahayakannya, dan bayi perempuan itu juga dapat menyakiti seekor singa, sedangkan singa tersebut tidak akan membahayakan bayi itu. Dan serigala akan berada di tengah gerombolan kambing seakan-akan ia adalah anjingnya. Dunia akan dipenuhi oleh kedamaian sebagaimana bejana yang berisi air (karena sangat ratanya), agama akan menjadi satu, maka tidak ada yang disembah selain Allah, terhapusnya seluruh hal yang menyebabkan peperangan, suku Quraiysi kembali mengambil kekuasaannya, dan bumi seakan-akan seperti bintangan perak, dan tumbuh-tumbuhannya akan tumbuh seperti zamannya Nabi Adam, sehingga apabila ada sekelompok orang berkumpul untuk makan setangkai anggur, maka hal itu akan membuatnya senang, dan apabila sekelompok orang tersebut berkumpul untuk memakan sebuah delima, maka hal itu juga akan membuat mereka senang. Seekor sapi pada saat itu harganya sangatlah murah dan seekor kuda hanya seharga beberapa dirham.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, kenapa kuda menjadi murah?” beliau bersabda: “Ia tidak digunakan untuk berperang selamanya.” Dikatakan kepada beliau, “Kenapa sapi jantan harganya mahal?” Beliau bersabda: “Sebab ia digunakan untuk membajak bumi semuanya. Sesungguhnya tiga tahun sebelum munculnya Dajjal, adalah waktu yang sangat sulit, dimana manusia akan ditimpa oleh kelaparan yang sangat, Allah akan memerintahkan kepada langit pada tahun pertama untuk menahan sepertiga dari hujannya, dan memerintahkan kepada bumi untuk menahan sepertiga dari tanaman-tanamannya. Dan pada tahun kedua Allah akan memerintahkan kepada langit untuk menahan dua pertiga dari hujannya dan memerintahkan kepada bumi untuk menahan duapertiga dari tumbuh-tumbuhannya. Kemudian di tahun yang ketiga, Allah memerintahkan kepada langit untuk menahan semua air hujannya, maka ia tidak meneteskan setetes air pun dan Allah memerintahkan kepada bumi untuk menahan semua tanaman-tanamannya, maka setelah itu tidak dijumpai satu tanaman hijau yang tumbuh dan semua binatang yang berkuku akan mati, kecuali yang tidak dikehendaki oleh Allah.” kemudian para sahabat bertanya, “Dengan apakah manusia akan hidup pada saat itu?” Beliau menjawab: “Tahlil, takbir dan tahmid akan sama artinya bagi mereka dengan makanan.” Abu Abdullah berkata; saya mendengar Abu Al Hasan Ath Thanafisi berkata; saya mendengar Abdurrahman Al Muharibi berkata, “Selayaknya hadits ini diajarkan kepada para pengajar sehingga ia dapat mengajari anak-anak didiknya dalam beberapa kitab.”[HR. Ibnu Majah: 4067, Kitab Fitan, Bab Fitnah Dajjal dan Keluarnya Isa ibnu Maryam, perawinya ada Imai'il bin Rafi' yang didhaifkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dan juga An-Nasa'i].
Sumber:
1. Fitnah & Petakah Akhir Zaman, Abu Fatiah Al-Adnani, Hal 227 – 228, Cetakan I. Januari 2007, Edisi Revisi, Granada Mediatama, Solo
2. Abu Fatiah Al-Adnani, Dajjal ’Sudah’ Muncul dari Khurasan, Hal 65 – 69, Cetakan 1, Juli 2006, Granada Mediatama, Solo
3. Lidwa.com

Rahasia Umur 40 Tahun


Penemuan ilmiah terbaru menegaskan bahwa perkembangan otak tidak sempurna (sampai pada batas kesempurnaan) kecuali di penghujung usia empat puluh tahun. Dan usia ini adalah usia yang ditetapkan oleh Al Qur’an empat belas abad yang lalu.
Merupakan hal yang sudah diketahui bersama bahwa wahyu telah turun kepada Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ketika usia beliau empat puluh tahun. Dan pasti ada hikmah dari usia ini, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah memilih sesuatu kecuali di dalamnya ada hikmah yang agung. Dan mungkin yang nampak bagi kita dari sebagian hikmah tersebut adalah bahwa pertumbuhan manusia dan kesempurnaan akalnya tidak akan munsul kecuali di penghuung usia empat puluh tahun dari umur manuisa.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
(وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ) [الأحقاف: 15].
”Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo`a:”Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Ahqaaf: 15)
Ayat yang mulia ini menentukan batasan usia empat puluh sebagai usia untuk kesempurnaan kekuatan fisik dan mental, atau kematangannya, atau puncaknya. Dan dengan demikian kita berada di hadapan fakta/kenyataan Quraniyyah. Dan pertanyaan kita sekarang, apakah ada fakta ilmiah yang menguatkan kebenaran firman Allah ’Azza wa Jalla (dalam masalah ini)? Tentu saja keberadaan fakta/kenyataan ini -jika ada- akan menjadi bukti bagi mereka yang skeptis/ragu-ragu (terhadap kebenaran al-Qur’an), untuk melihat kebenaran Al Qur’an ini. Dan juga menjadi sarana bagi orang yang beriman untuk meningkatkan keimanan dan keyakinannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Inilah yang Anda cari dalam waktu yang lama, tetapi tidak mendapatkan hasil. Seluruh ilmuwan menyatakan dengan tegas bahwa kesempurnaan pertumbuhan otak terjadi pada usia kira-kira dua puluh tahunan, ini adalah apa yang ditunjukkan oleh ujicoba-ujicoba yang mereka lakukan. Akan tetapi ada penelitian baru, yang dikirim kepadaku oleh salah seorang saudaraku -semoga Allah memberinya pahala- yang menegaskan bahwa perkembangan otak terus berlangsung hingga penghujung usia empat puluh tahunan dari umur manusia. Dan itu benar-benar sesuai dengan apa yang disebutkan oleh al-Qur’an.
Surat kabar Telegraph menerbitkan sebuah artikel berjudul:”Brain only fully ‘matures’ in middle age” yang kurang lebih artinya “Sesungguhnya perkembangan otak tetap berlangsung sampai di pertengahan umur seseorang.” Dikatakan dalam artikel itu perkataan sebagai berikut:”Anda mungkin mengira bahwa Anda akan menjadi sepenuhnya matang (dalam berpikir) saat Anda berada di usia 21 tahun, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa otak Anda tidak berhenti perkembangannya, sampai akhir usia 40 tahunan.”
Dalam penemuan ini para ilmuwan menggunakan alat yang dinamakan alat scan fMRI (Functional magnetic resonance) yaitu sebuah alat yang sangat canggih yang bisa mengukur aktivitas dan perubahan-perubahan di daerah otak dengan cara yang menakjubkan. Dan sebelum abad 21, tidak ada satupun ilmuwan yang mengetahui bahwa perkembangan otak tidak sampai pada kesempurnaan melainkan di akhir usia empat puluh tahunan!
Dan peneltian baru tersebut menegaskan bahwa daerah otak yang terus tumbuh adalah bagian bawah ubun-ubun atau yang dinamakan oleh para ilmuwan prefrontal cortex(korteks prefrontal), bagian paling atas dan ia adalah bagian terdepan dari otak. Dan daerah ini berperan penting dalam pengambilan keputusan, interaksi sosial, dan fungsi-fungsi kepribadian yang lainnya, seperti perencanaan, tingkah laku, dan pemahaman terhadap orang lain. Dan bagian otak inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Profesor Sarah-Jayne Blakemore berkata:”Sejak kurang dari sepuluh tahun yang lalu, kami meyakini bahwa pertumbuhan otak terhenti pada usia dini dari umur manusia.”
Kemudian dia melanjutkan:”Tetapi percobaan/ujicoba scan resonansi magnetik (fMRI) pada otak menunjukkan bahwa pertumbuhan otak akan berlanjut sepanjang usia tiga puluhan dan samapi umur empat puluh tahunan dari umur manusia! Dan Daerah yang paling penting dan paling besar pertumbuhannya adalah bagian bawah ubun-ubun. Bagian itu adalah bagian paling atas di daerah otak depan, yang dialah yang membedakan kita sebagai manusia dengan makhluk lain.”
Di sini kita teringat ayat yang mulia, di mana pada ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’alamenekankan arti pentingnya ubun-ubun Nashiyah. Dia berfirman meghikayatkan perkataan Nabi Dawud ‘alaihissalam ketika berbicara kepada kaumnya:
(إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلَّا هُوَ آَخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ) [هود: 56].
”Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Rabbku dan Rabbmu. Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya (Nashiyah). Sesungguhnya Rabbku di atas jalan yang lurus.” (QS. Huud: 56)
Demikian juga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan dalam do’a beliau:
(ناصيتي في يدك)
”Ubun-ubunku di Tangan-Mu.”
Dan pertanyaan kita kepada setiap orang yang ragu dengan kebenaran Islam:”Bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui arti penting ubun-ubun ini (Nashiyah)?”
Dan sekarang kita kembali lagi ke ayat di awal, di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
(حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ) [الأحقاف: 15]
”…. Hingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo`a:”Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau ….” (QS. Al-Ahqaaf: 15)
Kita katakan Subhanalah! Siapa yang mengajari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan menetapkan batasan umur ini kepada beliau? Dan apakah dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui tentang arti penting umur ini, untuk beliau pilih sebagai awal mula kenabian beliau? Ataukah Allahlah Yang Maha Mengetahui sesuatu yang tersembunyi yang memilihkan untuk beliau?
Apakah dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui bahwa manusia tidak sampai pada usia kedewasaan (kematangan) kecuali pada usia empat puluh tahun? Atau apakah ada seseorang yang memberitahu hal itu kepada beliau?Maka sungguh hakekat-hakekat ini membuktikan dan menyaksikan kebenaran dan kesjujuran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallamdan kebenaran Risalah Islam.
sumber : alsofwah.or.id

Bukti bahwa istigfar dan taubat termasuk kunci rejeki


Oleh : Syaikh Dr. Fadhl Ilahi
Imam Al-Hasan Al-Bashri juga menganjurkan istighfar (memohon ampun) kepada setiap orang yang mengadukan kepadanya tentang kegersangan, kefakiran, sedikitnya keturunan dan kekeringan kebun-kebun.
Imam Al-Qurthubi menyebutkan dari Ibnu Shabih, bahwasanya ia berkata :”Ada seorang laki-laki mengadu kepada Al-Hasan Al-Bashri tentang kegersangan (bumi) maka beliau berkata kepadanya, ‘Ber-istighfar-lah kepada Allah!. Yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya, ‘Ber-istighfar-lah kepada Allah!. Yang lain lagi berkata kepadanya, ‘Do’akanlah (aku) kepada Allah, agar Ia memberiku anak!, maka beliau mengatakan kepadanya, ‘Ber-istighfar-lah kepada Allah!. Dan yang lain lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan (pula) kepadanya, ‘Ber-istighfar-lah kepada Allah!”.
Dan kami menganjurkan demikian kepada orang yang mengalami hal yang sama. Dalam riwayat lain disebutkan :”Maka Ar-Rabi’ bin Shabih berkata kepadanya, ‘Banyak orang yang mengadukan macam-macam (perkara) dan Anda memerintahkan mereka semua untuk ber-istighfar. [1]. Maka Al-Hasan Al-Bashri menjawab, ‘Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri. Tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh.
“Artinya : Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai- sungai”. [Nuh : 10-12] [2]
Allahu Akbar ! Betapa agung, besar dan banyak buah dari istighfar ! Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang pandai ber-istighfar. Dan karuniakanlah kepada kami buahnya, di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Amin, wahai Yang Mahahidup dan terus menerus mengurus mahluk-Nya.
[2] Ayat Lain Adalah Firman Allah Yang Menceritakan Tentang Seruan Hud Alaihis Shalatu Was Sallam Kepada Kaumnya Agar Ber-istighfar.
“Artinya : Dan (Hud berkata), Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”. [Hud : 52]
Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat yang mulia di atas menyatakan : “Kemudian Hud Alaihis salam memerintahkan kaumnya untuk ber-istighfar yang dengannya dosa-dosa yang lalu dapat dihapuskan, kemudian memerintahkan mereka bertaubat untuk masa yang akan mereka hadapi. Barangsiapa memiliki sifat seperti ini, niscaya Allah akan memudahkan rizkinya, melancarkan urusannya dan menjaga keadaannya. Karena itu Allah berfirman.
“Artinya : Niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu” [Tafsir Ibnu Katsir, 2/492. Lihat pula, Tafsir Al-Qurthubi, 9/51]
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memiliki sifat taubat dan istighfar, dan mudahkanlah rizki-rizki kami, lancarkanlah urusan-urusan kami serta jagalah keadan-keadaan kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha mengabulkan do’a. Amin, whai Dzat Yang Memiliki keagungan dan kemuliaan.
[3] Ayat Lain Adalah firman Allah.
“Artinya : Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepadaNya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan, dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari Kiamat”. [Hud : 3]
Pada ayat yang mulia di atas, terdapat janji-janji dari Allah Yang Mahakuasa dan Maha Menentukan berupa kenikmatan yang baik kepada orang yang ber-istighfar dan bertaubat. Dan maksud dari firmanNya.
“Artinya : Niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu”. Sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhuma adalah. ‘Ia akan menganugrahi rizki dan kelapangan kepada kalian’. [Zaadul Masiir, 4/75]
Sedangkan Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan :”Inilah buah istighfar dan taubat. Yakni Allah akan memberikan kenikmatan kepada kalian dengan berbagai manfaat berupa kelapangan rizki dan kemakmuran hidup serta Ia tidak akan menyiksa kalian sebagaimana yang dilakukanNya terhadap orang-orang yang dibinasakan sebelum kalian”. [Tafsir Al-Qurthubi, 9/403. Lihat pula, Tafsir Ath-Thabari, 15/229-230, Tafsir Al-Baghawi. 4/373, Fathul Qadir, 2/695 dan Tafsir Al-Qasimi, 9/63]
Dan janji Tuhan Yang Mahamulia itu diutarakan dalam bentuk pemberian balasan sesuai dengan syaratnya. Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi berkata :”Ayat yang mulia tersebut menunjukkan bahwa ber-istighfar dan bertaubat kepada Allah dari dosa-dosa adalah sebab sehingga Allah menganugrahkan kenikmatan yang baik kepada orang yang melakukannya sampai pada waktu yang ditentukan. Allah memberikan balasan (yang baik) atas istighfar dan taubat itu dengan balasan berdasarkan syarat yang ditetapkan”.[Adhwa'ul Bayan, 3/9]
[4] Dalil Lain Bahwa Istighfar Dan Taubat Adalah Diantara Kunci-Kunci Rizki
Yaitu hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhuma ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya :Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah[3] niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberinya rizki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka[4]“.
Dalam hadits yang mulia ini, Nabi yang jujur dan terpercaya, yang berbicara berdasarkan wahyu, Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan tentang tiga hasil yang dapat dipetik oleh orang yang memperbanyak istighfar. Salah satunya yaitu, bahwa Allah Yang Maha Memberi rizki, Yang Memiliki kekuatan akan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka dan tidak diharapkan serta tidak pernah terdetik dalam hatinya.
Karena itu, kepada orang yang mengharapkan rizki hendaklah dia bersegera untuk memperbanyak istighfar (memohon ampun), baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan. Dan hendaknya setiap muslim waspada!, sekali lagi hendaknya waspada! dari melakukan istighfar hanya sebatas dengan lisan tanpa perbuatan. Sebab ia adalah pekerjaan para pendusta.
[Disalin dari buku Mafatiihur Rizq fi Dhau'il Kitab was Sunnah oleh Dr. Fadhl Ilahi, dengan edisi Indonesia Kunci-kunci Rizki Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah hal. 7-18 terbitan Darul Haq, Penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc]
________
Fote Note
[1]. [Tafsir Al-Khazin, 7/154. Lihat pula, Ruhul Ma'ani, 29/73]
[2]. [Tafsir Al-Qurthubi, 18/302-303. Lihat pula Al-Muharrar Al-Wajiz, 16/123]
[3]. “Barangsiapa menetapi – dalam riwayat lain – tidak meninggalkan istighfar”. Lihat, Sunan Abi Daud, 4/267, Sunan Ibni Majah, 2/339. Dan maknanya, sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Abu Ath-Thayyib Al-Azhim Abadi yaitu saat terjadinya maksiat atau adanya ujian atau ada orang yang penyakitnya terus menerus, maka sungguh dalam setiap nafas ia membutuhkan kepadanya (istighfar dan taubat). Karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Artinya : Beruntunglah orang yang mendapati dalam shahifah (catatan amalnya) istighfar yang banyak”. (Hadist Riwayat Ibnu majah dengan sanad hasan shahih). [Aunul Ma'bud, 4/267]
[4] Al-Musnad, no. 2234, 4/55-56 dan lafazh tersebut adalah redaksi miliknya ; Sunan Abi Daud, Abwabu Qiyamil Lail, Tafri’u Abwabil Witr, Bab Fil Istighfar, no. 1515, 4/267 ; Kitabus Sunan Al-Kubra, Kitabu Amalil Yaumi wal Lalilah, no 10290/2,6/118 ; Sunan Ibni Majah, Abwabul Adab, Bab Al-Istighfar, no. 3864, 2/339 ; Al-Mustadrak ‘alash Shahihain, Kitabut Taubah wal Inabah, 4/292. Sebagian ahli hadits menyatakan hadits ini dha’if karena salah satu periwayatnya (cacat). (Lihat, At-Talkhish, Al-Hafizd Adz-Dzahabi, 4/262 ; Aunul Ma’bud, 4/267 ; Dha’ifu Sunan Abi Daud, Syaikh Al-Albani, hal. 149) Tetapi sanad hadits tersebut dishahihkan oleh Imam Al-Hakim (Lihat, Al-Mustadrak, 4/262). Dan Syaikh Ahmad Muhammad Syakir berkata : “Sanad hadits ini shahih” (Hamisy Al-Musnad, 4/55). Demikian sebagai jawaban atas apa yang dikatakan tentang salah seorang perawinya. Wallahu a’lam bish shawab.
sumber : almanhaj.or.id

Mukjizat berbuka dengan kurma


Kurma adalah buah yang berkah yang telah diwasiatkan kepada kita dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memulai buka puasa kita pada bulan Ramadhan dengannya. Dari Salman bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
” إذا أفطر أحدكم فليفطر على تمر ، فإنه بركة ، فإن لم يجد تمرا فالماء ، فإنه طهور ” رواه أبو داود والترمذي .
”Apabila salah seorang di antara kalian berbuka, hendaklah berbuka dengan kurma, karena dia adalah berkah, apabila tidak mendapatkan kurma maka berbukalah dengan air karena dia adalah bersih.” (HR. at-Tirmidzi dan Abu Dawud rahimahumallah)
وعن أنس رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يفطر قبل أن يصلي على رطبات ، فإن لم تكن رطبات فتميرات ، فإن لم تكن تميرات حسا حسوات من الماء ” رواه أبو داود والترمذي .
Dan dari Anas radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berbuka sebelum shalat (maghrib) dengan memakan beberapa ruthab (kurma segar/basah), apabila tidak mendapatkan mendapatkannya maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan apablia tidak mendapatkannya maka beliau berbuka dengan beberapa teguk air.”
Dan tidak diragukan lagi bahwa di balik sunah Nabi ini ada petunjuk medis, faidah kesehatan, dan hikmah yang besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memilih makanan-makanan di atas di antara sekian makanan yang ada, dikarenakan faidah yang bnyak yang berkaitan dengan kesehatan, dan bukanlah dikarenakan banyaknya ha-hal tersebut di lingkungan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Maka ketika seorang yang berpuasa memulai berbuka, aktiflah jaringan-jaringan dalam tubuh, dan mulailah jairngan pencernaan bekerja, khususnya lambung yang harus diperlakukan dengan pelan dan dibangunkan dengan lembut. Dan orang yang berpuasa pada kodisi itu membutuhkan sumber zat gula dengan cepat, yang bisa menghilangkan lapar, seperti ketika membutuhkab air.
Dan unsur makanan yang paling cepat untuk dicerna dan paling cepat masuk ke dalam darah adalah zat gula, khususnya yang terkandung di dalamnya monosakarida (sukrosa ) dan duosakarida (glukosa) karena badan kita dapat dengan mudah dan cepat menyerapnya dalam waktu beberapa detik saja. Lebih-lebih apabila lambung dan usus-usus dalam keadaan kososng sebagaimana hal itu adalah kondisinya yang berpuasa.
Seandainya engkau mencari makanan yang lebih baik yang bisa mewujudkan tujuan ini bersamaan (menghilangkan lapar dan haus), maka engkau tidak akan mendapatkan yang lebih baik dari sunnah Nabi yang menganjurkan orang yang berpuasa untuk memulai berbuka dengan makanan yang mengandung glukosa yang manis yang kaya dengan air seperti ruthab (kurma segar/basah) atau tamr (kurma kering) yang dicelupkan kedalam air.
Telah muncul sebuah penelitian kimiawi dan biologi bahwa sepotong dari kurma yang dimakan setara dengan 85-87% dari beratnya. Dan itu mengandung 20-24% air, 70-75%zat gula, 2-3% protein, 8,5% serat dan kadar lemak yang rendah.
Sebagaimana juga penelitian menetapkan bahwa ruthab mengandung 65-70% air, dari berat bersihnya, 24-58 % zat gula, 2-2,1 % protein, 5,2 % serat dan kadar lemak yang sedikit.
Dan hasil yang terpenting dari penelitian kimiawi ini, sebagaimana disebutkan oleh Dr. ‘Abdurrouf Hisyam dan Dr. ‘Ali Ahmad asy-Syahat adalah sebagai berikut:
1. Mengkonsumsi ruthab atau tamr ketika memulai berbuka puasam, memberikan suplai kadar zat gula yang besar bagi tubuh dan menghilangkan gejala kekurangan zat gula (hipoglikemia) danmemebrikan semanagat bagi tubuh.
2. Kosongnya lambung dan usus dari makanan membuat keduannya (usus dan lambung) mampu untuk menyerap zat gula sederhana ini dengan sangat cepat.
3. Kandungan unsur gula dalam bentuk kimiawi yang sederhana yang terkadung di dalam ruthab dan tamr membuatnya mudah untuk dicerna, karena 2/3 dari unsur gula (glukosa) terdapat dalam kurma dalam bentuk susunan kimiawi yang sederhana. Dan demikianlah naiklah kadar gula dalam darah dalam waktu singkat.
4. Adanya kurma yang direndam dengan air, dan ruthab yang mengandung prosentasi air yang tinggi 65-70 % (65-70%) yang menyediakan air bagi tubuh dengan prosentase yang baik, maka tidak perlu minum air dalam jumlah besar pada saat berbuka.
Sumber : http://alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatmujizat&id=203